Info

Tambang Batu Bara di Australia Berjuang Padamkan Api Kebakaran

Sebuah tambang batu bara besar di Australia pada Rabu (3/7) berjuang untuk memadamkan api gas di bawah tanah yang telah berkobar selama tiga hari menyusul “peristiwa pembakaran.”

Kebakaran terjadi pada Sabtu (29/7) ketika gas terbakar di Tambang Grosvenor milik perusahaan tambang Anglo American di negara bagian Queensland bagian timur. Kebakaran itu memaksa Anglo American untuk mengevakuasi semua pekerja dan menghentikan produksi.

“Api masih terus menyala dan kami masih berupaya menutup lubang ventilasi terakhir dengan aman menggunakan berbagai metode,” kata juru bicara Anglo American kepada AFP.

“Tapi kami hampir (memadamkan).”

Anglo American mengatakan pihaknya bekerja sama dengan otoritas kesehatan dan keselamatan negara bagian mengenai langkah selanjutnya untuk memastikan “pembukaan kembali dengan aman” terhadap tambang tersebut, yang mempekerjakan sekitar 1.400 orang.

Pembukaan kembali kemungkinan akan memakan waktu “beberapa bulan karena kemungkinan adanya kerusakan di bawah tanah,” kata perusahaan itu dalam informasi terbaru sebelumnya.

Anglo American mengatakan kualitas udara tidak terpengaruh.

“Spesialis kesehatan eksternal telah meyakinkan kami bahwa, berdasarkan informasi terkini yang mereka miliki, tidak ada dampak terhadap kesehatan masyarakat,” katanya.

Anglo American menjelaskan kebakaran dimulai ketika terjadi “kontak api yang terlokalisasi” terjadi di lokasi di mana batu bara diekstraksi dalam potongan panjang di sepanjang dinding lebar permukaan batu bara.

Hal ini mengakibatkan “peristiwa pembakaran bawah tanah”.

Tambang Grosvenor, dekat Kota Moranbah, diperkirakan akan memproduksi lebih dari seperlima dari keseluruhan produksi batu bara kokas Anglo American yang diproyeksikan mencapai 15-17 juta ton pada 2024, kata perusahaan itu. Batu bara kokas adalah salah satu bahan baku pembuatan baja.

Anglo American sudah berada di bawah tekanan untuk melaksanakan rencana restrukturisasi yang melibatkan penjualan aset batu bara kokas, kata Marina Calero, analis RBC Capital Markets yang berbasis di London. [ft/rs]

Sumber Berita

Apa Reaksimu?

Lainnya Dari BuzzFeed