Feed

Partai Berkuasa Jepang LDP Diproyeksikan Kalah dalam Pemilu



Hanya beberapa hari setelah dilantik pada 1 Oktober lalu, Shigeru Ishiba, 67 tahun, mengumumkan penetapan pemilu pada hari Minggu (27/10). Ia bertekad memperkuat posisinya dan Partai Demokratik Liberal (LDP), yang telah memerintah Jepang selama hampir tujuh dekade.

Namun, beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup, media nasional NHK dan media lainnya memproyeksikan bahwa LDP, bersama Komeito, partai kecil yang sejak lama berkoalisi dengan LPD, tidak mampu meraih 233 kursi yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas di majelis rendah Jepang.

Para pemilih di negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia itu telah dibuat pusing oleh kenaikan harga-harga dan dampak dari skandal dana kampanye partai yang menenggelamkan nama perdana menteri Jepang sebelum Ishiba, Fumio Kishida.

Shigeru Ishiba mengatakan, “Saya menyadari situasi (pemilu) ini sangat buruk, dan terutama sejak pertengahan kampanye. Saya merasa ini adalah pertarungan yang sangat sulit,” kata Ishiba kepada NHK, hari Minggu dini hari.

Para pemilih “mengungkapkan harapan besar mereka agar LDP mengevaluasi diri dan menjadi partai yang bergerak sesuai kehendak rakyat,” ujarnya.

“Saya menetapkan pilihan setelah mencermati kebijakan-kebijakan ekonomi dan langkah-langkah dalam mengurangi inflasi. Saya memilih orang-orang yang kemungkinan besar akan membuat hidup kami lebih baik,” ujar Yoshihiro Uchina, salah seorang pemilih.

PM Ishiba, yang mengaku sebagai ahli kebijakan keamanan yang gemar membuat replika pesawat, mengatakan misinya dalam pemilu kali ini adalah agar koalisi partainya dapat memenangkan suara mayoritas.

Kegagalan mencapai misi tersebut akan benar-benar melemahkan posisinya di LDP dan membuat ia harus mencari mitra koalisi lain atau memimpin pemerintahan minoritas.

Partai yang sementara unggul dalam pemilu itu adalah oposisi utama LDP, Partai Demokratik Konstitusional Jepang (CDPJ). Sejauh ini, mereka memperoleh 135 kursi—melonjak dari 98 kursi yang sebelumnya mereka kuasai.

CDPJ dipimpin oleh pemimpin sentris Yoshihiko Noda, yang sempat menjabat sebagai perdana menteri Jepang saat LDP tersingkir dari kekuasaan pada tahun 2009-2012.

“Saya pikir pergantian pemerintahan adalah reformasi politik terbesar. […] Kami akan mempertimbangkan apa langkah kami selanjutnya dalam sesi khusus ‘Kokkai’ (parlemen Jepang), dan bagaimana bersaing dalam pemilihan majelis tinggi,” kata Noda.

Hasil pemilu ini akan memaksa partai-partai untuk membuat kesepakatan pembagian kekuasaan yang tidak jelas, yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan politik selagi negara itu tengah menghadapi masalah ekonomi dan situasi keamanan yang memanas di Asia Timur.

Namun, para analis menilai LDP yang dipimpin oleh Ishiba diperkirakan akan tetap menjadi partai populer di parlemen Jepang, karena para pemilih skeptis akan kemampuan dan kurangnya pengalaman pihak oposisi.

“Kritik publik terhadap skandal dana kampanye semakin kencang, dan ini tidak akan lenyap begitu saja,” kata Izuru Makihara, seorang dosen politik dan kebijakan publik di Universitas Tokyo.

“Kesadaran akan keadilan semakin meningkat, dan orang-orang menolak adanya hak istimewa bagi para politisi,” tambahnya. Makihara menyebut Ishiba membutuhkan langkah-langkah reformasi politik yang berani untuk mendapatkan kembali kepercayaan publik.

Ishiba berjanji untuk merevitalisasi ekonomi pedesaan, mengatasi penurunan angka kelahiran di Jepang, dan meningkatkan pertahanan. Namun, dalam kabinetnya hanya ada dua perempuan dan wajah-wajah lama. Kabinetnya pun dinilai mengasingkan anggota faksi yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Shinzo Abe.

Ishiba juga dengan cepat mencabut dukungannya terhadap opsi nama keluarga ganda bagi pasangan yang sudah menikah dan pelegalan pernikahan sesama jenis—sebuah langkah yang jelas berpengaruh terhadap kelompok ultra-konservatif di partai tersebut.

Popularitas Ishiba merosot karena ada “ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan publik dari dirinya sebagai perdana menteri, dengan kenyataan yang ia hadirkan sebagai perdana menteri,” kata Rintaro Nishimura, seorang analis politik di The Asia Group, sebuah firma penasihat strategis bagi perusahaan-perusahaan terkemuka dunia yang ingin unggul di kawasan Asia. [br/lt]



Source link

Apa Reaksimu?

Lainnya Dari BuzzFeed