Gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih bertahan pada Senin (20/1). Kedua pihak berada pada tahap awal jeda pertempuran selama enam pekan yang dapat mengakhiri perang yang dimulai pada Oktober 2023.
Sejauh ini, tiga dari 99 sandera yang ditahan militan Hamas di Gaza telah dibebaskan, dengan 30 lainnya akan dibebaskan pada tahap pertama perjanjian.
Israel juga telah membebaskan 90 warga Palestina yang dipenjarakan dan ditahan, semuanya perempuan dan remaja, menurut Hamas. Ratusan lainnya akan menyusul dibebaskan.
Hamas pada Senin mengatakan bahwa mereka akan membebaskan sandera yang ditahan di Gaza pada hari Sabtu (25/1) sebagai dengan imbalan pembebasan orang-orang Palestina yang dipenjarakan dan ditahan oleh Israel.
PBB telah meningkatkan bantuan pangan yang sangat dibutuhkan ke Gaza dan mengatakan bahwa mereka berencana untuk membawa masuk 150 truk makanan setiap hari untuk membantu warga sipil Palestina yang kehidupannya porak-poranda oleh pertempuran.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan 915 truk bantuan memasuki Gaza pada hari Senin.
Lebih dari 1,8 juta orang membutuhkan tempat penampungan darurat di Gaza, menurut PBB, yang juga memperkirakan dalam sebuah laporan tahun lalu bahwa pembangunan kembali perumahan yang hancur di wilayah tersebut dapat memakan waktu hingga tahun 2040.
Gencatan senjata dimulai sekitar Minggu tengah hari. Beberapa jam kemudian, sebuah iring-iringan Palang Merah membawa sandera Romi Gonen, Emily Damari dan Doron Steinbrecher dengan selamat kembali ke Israel.
Pada Senin pagi, Israel membebaskan 90 orang Palestina yang dipenjarakan dan ditahannya, dengan bus-bus besar membawa mereka dari penjara Ofer Israel di luar kota Ramallah, Tepi Barat. Warga Palestina memadati bus-bus, bernyanyi dan bersorak-sorai, sementara kembang api untuk merayakan pembebasan itu dinyalakan.
Gencatan senjata tersebut tercapai setelah negosiasi berbulan-bulan yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar. Pembicaraan semakin intensif selama beberapa pekan terakhir. Tim dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang akan segera mengakhiri masa jabatannya dan tim presiden terpilih Donald Trump mendorong tercapainya kesepakatan sebelum pelantikan Trump pada hari Senin.
Menurut laporan media, para mediator bersiap untuk mengatasi masalah apa pun yang mungkin timbul selama gencatan senjata.
“Kesepakatan semacam ini tidak pernah mudah dipertahankan,” kata Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar.
“Pihak mana pun dapat menganggap ancaman sebagai alasan untuk melanggar parameter perjanjian, dan, oleh karena itu, kami akhirnya harus masuk dan mencari cara untuk memulai gencatan senjata,” tambah juru bicara tersebut.
Konflik saat ini dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas, yang telah ditetapkan sebagai kelompok teror oleh AS, menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 47.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, meskipun militer Israel berpendapat, tanpa memberikan bukti, bahwa mereka telah membunuh 17.000 militan.
Selain pembebasan orang-orang dan penyaluran bantuan ke Gaza, kesepakatan tersebut juga menyerukan agar pasukan Israel mundur ke zona penyangga di dalam Jalur Gaza dan agar banyak warga Palestina yang mengungsi diizinkan untuk kembali ke rumah.
Negosiasi mengenai fase kedua gencatan senjata yang jauh lebih sulit harus dimulai dalam waktu sekitar dua minggu lagi. Pertanyaan utama yang masih terus ada di antaranya adalah apakah perang akan berlanjut setelah fase pertama dan bagaimana para sandera lainnya di Gaza akan dibebaskan. [uh/ab]