Dalam beberapa hari terakhir ini miliarder CEO Tesla, Elon Musk, membidik pemerintah Inggris dalam serangkaian posting di situs media sosialnya, X. Tanpa memberikan bukti, Musk menuduh pemerintah Inggris terlibat dalam dugaan kegagalan dalam mengadili apa yang disebut “grooming gangs.”
Kasus eksploitasi seksual beberapa anak oleh sekelompok laki-laki, yang disebut Elon Musk itu terjadi lebih dari 20 tahun lalu.
Prof. Tim Bale, pakar politik di Queen Mary University London mengatakan, “Ada perasaan bahwa ‘grooming gengs’ – terutama yang terdiri dari laki-laki keturunan Pakistan – tidak dituntut dan tidak diselidiki oleh polisi seintensif yang seharusnya. Menurut saya hal ini sebagian karena sikap polisi terhadap para pelapor, terutama gadis-gadis kelas pekerja, yang tidak ditanggapi dengan serius oleh polisi. Ada pula beberapa orang yang menyampaikan tuduhan karena sensitivitas hubungan masyarakat, atau dengan kata lain polisi dan pihak berwenang takut disebut rasis.”
Di antara mereka yang menuduh adanya penyamaran pada saat itu adalah aktivis ekstrem kanan Tommy Robinson, yang saat ini dipenjara atas tuduhan yang tidak terkait. Musk menulis di X bahwa Robinson seharusnya dibebaskan, dan bahwa “mereka yang menutupi parodi ini harus menggantikannya di sel itu.”
Musk menuduh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer gagal mengadili geng-geng itu ketika ia menjabat sebagai kepala jaksa penuntut Inggris.
Berbicara pada hari Senin, Starmer memberikan tanggapan ini. “Mereka yang menyebarkan kebohongan dan informasi yang salah sejauh dan seluas mungkin, mereka sebenarnya tidak tertarik pada korban, mereka tertarik pada diri mereka sendiri. Mereka yang mendukung Tommy Robinson tidak tertarik pada keadilan. Mereka mendukung seorang pria yang dipenjara karena kasus penipuan, sebuah kasus penipuan berkelompok yang hampir lolos dari jeratan hukum.”
Starmer menambahkan sebagai kepala jaksa penuntut, dia telah membuka kembali banyak kasus pelecehan anak dan mengajukan tuntutan pertama terhadap “grooming gengs” Asia. Namun Musk kemudian mengulangi kritiknya, dengan menyebut sang perdana menteri sebagai sosok yang “benar-benar tercela.”
Prof. Tim Bale mengatakan Starmer tidak menyebut langsung nama Elon Musk dalam pernyataannya. “Mengingat kedekatannya pada saat ini dengan Donald Trump, saya kira Starmer harus sangat berhati-hati, dia harus memilih kalimat-kalimatnya dengan sangat cermat. Itu sebabnya dia tidak secara langsung menyebut nama Elon Musk.”
Musk juga mengecam Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan secara terbuka menyatakan dukungan pada kelompok sayap kanan, Partai Alternatif Bagi Jerman (AfD).
Sejumlah anggota parlemen menyerukan pihak berwenang Eropa untuk mengambil tindakan terhadap X yang diduga telah menyebarluaskan misinformasi. “Namun, saya ragu bahwa sebenarnya tidak banyak yang akan terjadi dalam hal itu. Hanya karena meskipun Elon Musk suka melihat dirinya sebagai seorang absolutis kebebasan berbicara, sebagian besar politisi di sebagian besar negara di sebagian besar partai mendukung kebebasan berbicara,” jelasnya.
Musk, Senin (6/1) tampaknya berbalik mengecam Nigel Farage, sekutu lama Donald Trump. Musk menulis di X bahwa Farage “tidak memiliki apa yang diperlukan” untuk memimpin Partai Reformasi Inggris, setelah Farage menolak untuk mendukung aktivis yang dipenjara, Tommy Robinson.
Farage membalas dengan mengatakan ia tetap pada sikapnya. [em/lt/ab]