Dua penumpang dan seorang awak penyintas kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan mengungkapkan kepada Reuters bahwa mereka mendengar suara ledakan keras saat pesawat mendekati bandara di Grozny, Rusia Selatan.
Penerbangan J2-8243 jatuh pada Rabu (25/12) hingga meledak dalam bola api dekat Kota Aktau, Kazakhstan. Sebelum jatuh, pesawat itu sempat mengalihkan rute penerbangan dari wilayah Rusia selatan, tempat Moskow sering menggunakan sistem pertahanan udara untuk melawan serangan pesawat nirawak Ukraina. Setidaknya 38 orang tewas dan 29 orang selamat.
“Setelah suara ledakan…saya pikir pesawat itu akan hancur,” Subhonkul Rakhimov, salah satu penumpang, mengatakan kepada Reuters dari rumah sakit.
Dia mengatakan bahwa setelah mendengar suara ledakan itu, dia mulai berdoa dan bersiap menghadapi kemungkinan yang terburuk.
“Terlihat jelas bahwa pesawat itu rusak dalam beberapa bagian,” katanya. “Seperti pesawat itu kehilangan kendali – rasanya bukan pesawat yang sama lagi.”
Penumpang lain di pesawat itu mengatakan kepada Reuters bahwa dia juga mendengar suara dentuman keras.
“Saya sangat ketakutan,” kata Vafa Shabanova, seraya menambahkan bahwa ada juga suara dentuman kedua.
Dia kemudian diberitahu oleh seorang pramugari untuk pindah ke bagian belakang pesawat.
Kedua penumpang tersebut menyatakan bahwa setelah mendengar dentuman itu, sepertinya ada masalah dengan kadar oksigen di kabin.
Pramugari Zulfugar Asadov mengatakan bahwa pendaratan di Grozny ditolak karena kabut, sehingga pilot berputar-putar dan terdengar suara dentuman dari luar pesawat.
“Pilot baru saja mengangkat pesawat ketika saya mendengar suara dentuman dari sayap kiri. Ada tiga suara dentuman,” katanya.
Sesuatu menabrak sayap kirinya. Kabin kehilangan tekanan.
Di balik kengerian kecelakaan itu, narasi dari para penumpang memberikan gambaran tentang apa yang mungkin menjadi penyebab bencana tersebut.
Azerbaijan Airlines menangguhkan beberapa penerbangan ke kota-kota di Rusia pada Jumat (27/12) dan menyatakan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh “gangguan eksternal fisik dan teknis,” meskipun mereka tidak menjelaskan secara detil gangguan tersebut.
Empat sumber yang mengetahui hasil awal penyelidikan Azerbaijan terhadap kecelakaan tersebut mengungkapkan kepada Reuters pada Kamis (26/12) bahwa pesawat itu jatuh karena kesalahan penembakan oleh sistem pertahanan udara Rusia.
Rusia menyatakan bahwa penting untuk menunggu hasil investigasi resmi selesai agar dapat memahami kejadian yang sebenarnya.
Pendaratan Darurat
Pesawat penumpang Embraer lepas landas dari ibu kota Azerbaijan, Baku, menuju Grozny di wilayah selatan Chechnya, Rusia, sebelum berbelok ratusan mil melintasi Laut Kaspia.
“Kapten mengatakan bahwa ia disarankan untuk mendaratkan pesawat di laut, tetapi ia memutuskan untuk mengarahkan pesawat ke Aktau dan mendaratkannya di darat,” kata petugas Asadov.
“Ia memperingatkan bahwa akan ada pendaratan keras dan meminta kami untuk bersiap dan mempersiapkan penumpang.”
Pesawat itu jatuh di pantai seberang Laut Kaspia setelah apa yang menurut pengawas penerbangan Rusia merupakan keadaan darurat yang mungkin disebabkan oleh tabrakan dengan sekawanan burung.
Rekaman yang diambil oleh penumpang sebelum pesawat jatuh menunjukkan masker oksigen yang diturunkan dan penumpang mengenakan rompi pelampung. Rekaman selanjutnya memperlihatkan penumpang yang berlumuran darah dan memar keluar dari pesawat.
Setelah kekacauan pendaratan darurat, suasana hening sejenak sebelum erangan para korban luka mulai terdengar, kata Rakhimov.
Kecelakaan tersebut menyoroti risiko yang dihadapi penerbangan sipil meskipun terbang ratusan mil dari zona perang, terutama di tengah konflik pesawat nirawak yang intens.
Bencana sebelumnya mencakup penembakan jatuh Ukraine International Airlines Penerbangan PS752 pada 2020 oleh Garda Revolusi Iran, yang menewaskan 176 orang di dalamnya.
Pada 2014, Malaysian Airlines Penerbangan MH17 ditembak jatuh di atas Ukraina timur oleh sistem rudal BUK milik Rusia, yang menewaskan 298 penumpang dan awak.
Pada 1983, Uni Soviet menembak jatuh Korean Air Lines Penerbangan 007 setelah pesawat tersebut menyimpang dari jalur dan melintas di wilayah udara terlarang. Pada 1988, selama Perang Iran-Irak, kapal perang Amerika Serikat Vincennes menembak jatuh pesawat Iran Air di atas Teluk Persia, yang menewaskan 290 orang di dalamnya.
Pesawat Azerbaijan Airlines mengalami masalah saat terbang di dekat Grozny, yang berjarak lebih dari 850 km dari garis depan di Ukraina. Namun, wilayah tersebut masih sering menjadi sasaran serangan drone Ukraina yang telah menyerang jauh di belakang garis Rusia.
Rusia menggunakan peralatan pengacau elektronik canggih untuk mengganggu lokasi dan sistem komunikasi drone Ukraina, serta mengerahkan sejumlah besar sistem pertahanan udara untuk menembak jatuh drone tersebut.
Sejak Rusia mengirim ribuan pasukan ke Ukraina pada 2022, maskapai penerbangan telah menghindari wilayah Ukraina dan Rusia, sementara bandara-bandara besar di Rusia barat daya ditutup. [ah/ft]