Feed

Para Pemimpin Hak-hak Sipil dan Keluarga King Peringati Hari MLK  Saat Trump Dilantik


Hal ini sangat kontras bagi sebagian pendukung hak-hak sipil yang ingin mewujudkan impian mendiang pendeta tersebut untuk melakukan revolusi sosial tanpa kekerasan.

Acara-acara untuk menghormati King dan menyebarluaskan visinya tentang masyarakat yang adil akan berlangsung di seluruh negeri seiring dengan banyaknya warga Amerika Serikat yang menyaksikan peralihan kekuasaan secara damai di ibu kota. Acara-acara yang berlangsung bersamaan ini disambut dengan perasaan campur aduk oleh para pemimpin hak-hak sipil, yang secara luas mencerca retorika dan sikap Trump terhadap ras dan hak-hak sipil selama kampanye kepresidenan ketiganya.

Namun, banyak pemimpin, termasuk keluarga King sendiri, melihat perbandingan ini berlawanan tajam dan kesempatan untuk memfokuskan kembali upaya memajukan hak-hak sipil di era politik yang baru.

“Saya senang ini terjadi pada hari MLK karena memberikan Amerika Serikat dan dunia sebuah gambar yang kontras. Apakah ini jalan yang Anda inginkan – atau apakah ini jalan yang ingin Anda tempuh?,” ujar Pendeta Bernice King, putri bungsu mendiang King dan CEO King Center.

“Ini bukan hari di mana dia bisa menjadi bintang, yang disukainya,” kata putri King tentang Trump. “Dia harus menghadapi warisan tersebut pada hari itu, terlepas dari bagaimana dia mengelolanya dan menanganinya dalam pidatonya. Saya berharap orang-orang di sekitarnya menasihatinya dengan baik untuk menghormati hari MLK dengan tepat dalam pidatonya.”

Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kiri) dan Presiden terpilih Donald Trump tiba untuk upacara pelantikan sebagai Presiden AS ke-47 di Rotunda Capitol AS di Washington, DC, 20 Januari 2025. (Melina Mara / POOL / AFP)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden (kiri) dan Presiden terpilih Donald Trump tiba untuk upacara pelantikan sebagai Presiden AS ke-47 di Rotunda Capitol AS di Washington, DC, 20 Januari 2025. (Melina Mara / POOL / AFP)

Ini adalah ketiga kalinya dalam hampir 40 tahun sejak hari libur nasional King menjadi undang-undang bertepatan dengan pelantikan presiden. Presiden Bill Clinton dan Barack Obama juga dilantik untuk masa jabatan kedua mereka pada hari libur tersebut. Keduanya memuji King dalam pidato mereka; masih belum diketahui apakah dan bagaimana Trump – yang secara keliru mengklaim bahwa pelantikan pertamanya memiliki jumlah massa yang lebih besar daripada Pawai King di Washington – akan mengakui hari tersebut.

“Akankah dia menyuarakan pesan persatuan dan kepresidenan untuk semua, atau akankah dia terus fokus pada basisnya dan beberapa kebijakan memecah belah yang diusungnya, seperti sikap anti-DEI (Diversity, Equity, Inclusion atau Keragaman, Persamaan, Keterlibatan), menangkap imigran dan memotong bagian penting dari jaring pengaman sosial melalui proses DOGE (Departemen Efisiensi Pemerintah) ini?,” tanya Marc Morial, presiden kelompok hak-hak sipil National Urban League.

Morial menambahkan bahwa pelantikan Trump yang jatuh pada Hari MLK merupakan “sebuah kontradiksi dari nilai-nilai.”

Banyak pemimpin hak-hak sipil akan melewatkan hari MLK untuk memperingati warisan King setelah seminggu mengatur pertemuan publik dan pribadi, berpidato, dan menyusun strategi untuk merespons agenda pemerintahan yang akan datang.

“Ini adalah saat-saat terbaik dan terburuk,” kata Derrick Johnson, presiden NAACP, sebuah organisasi yang anggotanya menjadi mentor, berkolaborasi, dan berselisih dengan King dalam Gerakan Hak Sipil.

“Misi kami tidak berubah. Tugas kami adalah membuat demokrasi berfungsi bagi semua, untuk memastikan bahwa perlindungan yang sama dijamin di bawah hukum,” kata Johnson. Dia menambahkan bahwa kelompok ini “tidak ingin berasumsi” bahwa pemerintahan Trump tidak dapat menjadi mitra dalam memajukan hak-hak sipil atau keadilan rasial.

Pada hari Rabu, Johnson dan para pemimpin hak-hak sipil lainnya bertemu dengan anggota Kongres Kaukus Kulit Hitam di Capitol Hill untuk mendiskusikan bagaimana bekerja sama dan menentang pemerintahan Trump. Pada hari yang sama, National Action Network, sebuah kelompok hak-hak sipil yang didirikan oleh Pendeta Al Sharpton, menyelenggarakan sarapan pagi di mana Wakil Presiden Kamala Harris mendorong para hadirin untuk tetap bersemangat.

“Kita adalah sebuah perjalanan,” katanya. “Apapun hasil dari momen tertentu, kita tidak akan pernah bisa dikalahkan. Semangat kita tidak akan pernah bisa dikalahkan, karena ketika itu terjadi, kita tidak akan menang.”

Martin Luther King III, putra sulung mendiang King, berdoa bersama Harris di atas panggung. King telah berkampanye untuk Harris pada musim gugur lalu dan menyebutnya sebagai pendukung MLK yang “berbicara kepada malaikat yang lebih baik” dan “mewujudkan warisan Dr King.”

Banyak pendukung keadilan rasial yang akan menyelenggarakan demonstrasi, perenungan, dan acara layanan masyarakat untuk menandai hari libur MLK dan mempersiapkan diri menghadapi apa yang mereka anggap sebagai pemerintahan yang tidak bersahabat.

Beberapa kelompok merefleksikan kesamaan dan perbedaan dengan cara King mengorganisir diri dalam menghadapi pemerintah negara bagian dan pemerintah lokal yang secara eksplisit supremasi kulit putih dan kekacauan geopolitik.

“Permusuhannya mirip, terutama karena ada kelompok ekstrem kanan yang termobilisasi, aktif dan agresif yang bertekad untuk mengabaikan hak-hak dan rasa kebersamaan, masalah bersama, atau solusi bersama,” ujar Maya Wiley, CEO Konferensi Kepemimpinan tentang Hak Asasi Manusia. Yang berbeda, kata Wiley, adalah pemahaman “harus ada kesempatan bagi semua orang.”

King sendiri khawatir bahwa perlindungan hukum yang telah diperjuangkannya seumur hidupnya tidak akan ditaati dengan upaya antidiskriminasi atau program sosial yang lebih besar. Dia menyarankan akan dibutuhkan warga kulit putih Amerika yang merangkul kedekatan yang lebih dalam dengan warga kulit hitam dan terlibat dalam solidaritas ekonomi dan sosial untuk melihat perubahan.

Setahun sebelum pembunuhannya pada tahun 1968, King dalam buku terakhirnya menulis bahwa memberikan “hak” orang kulit hitam sering kali membutuhkan “perlakuan khusus.”

“Saya menyadari fakta bahwa ini adalah konsep yang merepotkan bagi banyak orang liberal, karena bertentangan dengan cita-cita tradisional mereka tentang kesempatan yang sama dan perlakuan yang sama terhadap orang-orang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing,” tulis King dalam buku tahun 1967, ”Where Do We Go From Here: Chaos or Community.” “Namun, ini adalah hari yang menuntut pemikiran baru dan evaluasi ulang konsep-konsep lama.”

Advokasi King untuk “konsep-konsep baru” terwujud dalam pemberlakuan kebijakan tindakan afirmatif di tempat kerja dan sekolah. Banyak pendukung kebijakan keragaman, kesetaraan, dan inklusi melihat program-program semacam itu sebagai perwujudan visinya, meskipun pendapat tersebut mendapat sorotan tajam dari para aktivis konservatif.

Pandangan Trump tentang ras telah dikritik selama beberapa dekade. Pemerintah federal menggugat Trump karena diduga melakukan diskriminasi terhadap pencari apartemen berkulit hitam pada tahun 1970-an. Dia berperan penting dalam mempromosikan teori konspirasi “birther” atau riwayat kelahiran bahwa Obama tidak dilahirkan di AS dan retorika kampanyenya mengenai imigran dan komunitas pinggiran sejak 2015 hingga pemilihan November lalu dicemooh karena dianggap berprasangka.

Sebagai presiden, Trump memberlakukan beberapa undang-undang reformasi peradilan pidana yang dipuji oleh para pendukung hak-hak sipil, namun kemudian mengusulkan tindakan keras terhadap protes rasial tahun 2020.

Pada bulan April, Trump tidak membantah anggapan bahwa “rasisme antikulit putih” sekarang menjadi masalah yang lebih besar di Amerika Serikat daripada rasisme sistemik terhadap warga kulit hitam.

“Saya rasa ada perasaan antikaum kulit putih di negara ini dan hal ini tidak bisa dibiarkan,” ujar Trump dalam sebuah wawancara dengan majalah Time.

Seorang peserta pawai mengangkat plakat dalam unjuk rasa damai di South Carolina Statehouse untuk menghormati Martin Luther King Jr. di Columbia, South Carolina, Senin, 20 Januari 2025. (Jeffrey Collins/AP)

Seorang peserta pawai mengangkat plakat dalam unjuk rasa damai di South Carolina Statehouse untuk menghormati Martin Luther King Jr. di Columbia, South Carolina, Senin, 20 Januari 2025. (Jeffrey Collins/AP)

Janiyah Thomas, juru bicara transisi Trump, mengatakan bahwa pelantikan Trump akan menjadi “monumental, membuka lembaran baru dan mengantarkan masa keemasan Amerika” dan mengatakan bahwa orang Amerika harus mengingat “kata-kata bijak” dari King: “Kita harus belajar untuk hidup bersama sebagai saudara atau binasa bersama sebagai orang bodoh.”

Di akhir hidupnya, King mengenang reaksi awal terhadap hak-hak sipil, terutama dengan pembangunan perumahan terpadu, pernikahan antarras, serta program-program ekonomi dan sosial yang diperlukan. Dia mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Lyndon B. Johnson karena memperpanjang Perang Vietnam daripada melakukan investasi yang lebih besar dalam upaya antikemiskinan.

“Di sinilah gerakan hak-hak sipil berdiri hari ini. Kita akan melakukan kesalahan dan goyah ketika kita mendaki lereng-lereng gunung yang curam dan tidak dikenal, tetapi tidak ada jalan alternatif yang rata dan mudah dilalui,” tulis King. “Akan ada kemunduran yang menyedihkan bersamaan dengan kemajuan kreatif. Penghiburan kita adalah bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengetahui rasa kemenangan yang sebenarnya jika dia tidak pernah menelan kekalahan.” [my/ka]



Source link

Apa Reaksimu?

Lainnya Dari BuzzFeed