️Play Radio 🎶 height="140px" width="720px" frameborder="0" scrolling="no">
Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia kini tengah menggenjot hilirisasi nikel di dalam negeri. Demi tujuan itu, pemerintah pun tak segan untuk melarang ekspor bijih nikel sejak awal 2020 lalu.
Meski pelarangan ekspor bijih nikel baru dilakukan pada 2020, namun program hilirisasi nikel di dalam negeri saat ini bisa dikatakan sukses. Pasalnya, Indonesia telah meraup nilai tambah yang berganda sejak nikel yang dijual sudah berupa logam atau hasil pengolahan di dalam negeri.
Indonesia berhasil meraup nilai tambah dari nikel sebesar US$ 33 miliar atau sekitar Rp 514 triliun pada 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kesuksesan hilirisasi nikel RI ini juga diakui oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI). Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan, program hilirisasi atau pemurnian komoditas nikel menunjukkan keberhasilan yang besar.
Bahkan, menurutnya keberhasilan hilirisasi nikel dalam negeri sudah terlalu “over“.
“Kalau kita review dulu, sejak pemberhentian ekspor (bijih nikel) di tahun 2020 awal yang akhirnya kita dapat gugatan WTO. Sebenarnya, program hilirisasi nikel ini sudah teramat berhasil. Malah bagi kami ini terlalu over,” tuturnya dalam Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Jumat (13/1/2023).
Keberhasilan hilirisasi nikel ini menurutnya dibuktikan dengan banyaknya pabrik pengolahan nikel yang bermunculan.
Meidy menyebutkan bahwa diperkirakan ada 43 pabrik pengolahan nikel hingga 2023 ini. Bahkan, jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat lagi. Pada 2025, dia memperkirakan akan terdapat 136 pabrik pengolahan nikel beroperasi di Indonesia.
“Pabrik industri nikel yang sudah berproduksi di Indonesia dan yang akan berproduksi itu yang saat ini sampai tahun 2023 saja sudah sekitar 43 pabrik pengolahan nikel. Nanti tahun 2025 dan seterusnya itu akan terbangun 136 pabrik,” jelasnya.
Meidy mengatakan, keberhasilan hilirisasi nikel juga dibuktikan dengan konsumsi bijih nikel dalam negeri yang akan terus bertambah. Pada tahun ini konsumsi bijih nikel di Indonesia diperkirakan bisa mencapai 145 juta ton bijih nikel.
Tak berhenti di situ, bahkan sampai tahun 2025, konsumsi bijih nikel di dalam negeri diperkirakan akan semakin meroket hingga 400 juta ton per tahun.
“Di tahun 2025 sendiri itu, (Indonesia) akan mengkonsumsi sekitar 400 juta ton bijih nikel per tahun. Tahun ini saja, tahun 2023 akan mengkonsumsi sekitar 145 juta ton bijih nikel. Kita lihat bahwa hilirisasi nikel sudah sangat amat berhasil,” tambahnya.
Dengan begitu, Meidy menilai bahwa pengusaha nikel sangat dan akan terus mendukung program pemerintah dalam hilirisasi komoditas nikel.
Seperti diketahui, Indonesia sudah mendapatkan keuntungan jumbo dari hilirisasi nikel sejak 2020 lalu. Terbukti, pada tahun 2022 nilai tambah dari ‘harta karun’ nikel itu melejit signifikan.
Hal ini juga dinilai bisa membantu Indonesia dalam menghadapi ancaman resesi global yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2023.
“Sebagai pengusaha, apalagi Warga Negara Indonesia, kita tentu saja mendukung bagaimana program hilirisasi nikel. Ini saja sudah membantu Indonesia dalam menghadapi resesi global dunia,” ujarnya.
Bahkan, menurutnya cita-cita Indonesia untuk menjadi “raja” baterai kendaraan listrik dunia bukan lah hal yang mustahil.
“Apalagi cita-cita Indonesia untuk menjadi nomor 1 dalam industri baterai ke depan. Kita mungkin akan membangun giga battery factory di Indonesia, EV factory terbesar di Indonesia. Itu impian Indonesia tahun 2045. Jadi secara tidak langsung, hilirisasi nikel sudah amat sangat berhasil,” ucapnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto menyatakan, pada tahun 2023 ini, nilai tambah dari hilirisasi nikel di dalam negeri bisa naik lagi, ditargetkan bisa mencapai US$ 38 miliar atau Rp 592,2 triliun (kurs Rp15.585 per US$) pada tahun 2023.
“(Tahun ini) sekitar US$ 35-38 miliar,” beber Seto kepada CNBC Indonesia, saat ditanya mengenai target nilai tambah hilirisasi nikel tahun 2023, Dikutip Rabu (11/1/2023).
Dia juga menyebutkan bahwa melonjaknya target nilai tambah hilirisasi nikel dipicu oleh bertambah pula volume ekspor produk hasil turunan nikel.
“Iya,” tandas Seto, saat ditanya mengenai apakah target tersebut turut dipicu oleh bertambahnya volume ekspor nikel di tahun 2023.
Artikel Selanjutnya
Andai RI Kalah Gugatan Nikel di WTO, Begini Reaksi Vale
(wia)
