Pemimpin Partai Sosial Demokrat mengumumkan pada hari Minggu (27/10) bahwa partainya memimpin dalam pemungutan suara putaran kedua dan terakhir pada pemilu parlemen Lithuania.
Para pemilih berduyun-duyun menuju sejumlah tempat pemungutan suara, didorong oleh kekecewaan karena kebijakan ketat terkait COVID-19 selama pandemi, skandal politik yang melibatkan beberapa anggota penting Kabinet, dan masuknya migran dari negara tetangga Belarus yang telah merugikan popularitas pemerintahan Perdana Menteri Ingrida Simonyte, yang mulai menjabat pada tahun 2020.
“Tidak peduli di mana mereka tinggal, di kota besar, kecil atau desa, mereka menginginkan perubahan, mereka membutuhkan pemerintahan yang benar-benar berbeda,” kata Vilija Blinkeviciute, pemimpin Partai Sosial Demokrat.
Dia menambahkan bahwa dia akan segera mengambil “tanggung jawab penuh dan membentuk mayoritas berkuasa bersama dengan presiden.”
Blinkeviciute menyatakan bahwa dia dan Uni Demokratik yang berhaluan kiri-tengah, yang memperoleh delapan kursi pada putaran pertama, akan berusaha membentuk koalisi bersama dengan partai ketiga yang lebih kecil.
Ketiga partai yang hingga saat ini memiliki total 34 anggota di parlemen, saling mendukung satu sama lain calon mereka pada putaran kedua.
Pemungutan suara di Lithuania, yang berbatasan dengan Kaliningrad Rusia di barat dan Belarus di timur, berlangsung pada saat kampanye militer Rusia di Ukraina memicu kekhawatiran yang lebih besar mengenai niat Moskow, khususnya di wilayah Baltik yang penting secara strategis.
Meskipun ada kemungkinan pergeseran ke sayap kiri, para analis mengatakan, tidak akan ada perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Lithuania.
Anggota Uni Eropa dan NATO ini adalah pendukung setia Ukraina. [ab/lt]
