Feed

Negara Kecil yang Jadi Persaingan Negara-negara Adidaya



Kepulauan Seychelles tidak hanya ideal bagi para pengunjung yang berbulan madu, namun juga menarik bagi negara-negara adidaya di dunia yang telah lama mengincarnya.

Menteri Luar Negeri dan Pariwisata Seychelles Sylvestre Radegonde mengatakan, “Kami menyadari ada berbagai kekuatan, berbagai negara yang ingin membujuk kami, seperti yang kami katakan. Seychelles memutuskan bahwa tidak akan pernah ada pangkalan militer asing di wilayahnya.”

Letak kepulauan ini yang strategis di Samudera Hindia, di sebelah timur Afrika, dan di selatan negara-negara Teluk, sejak dulu hingga kini menjadi perhatian negara-negara seperti Amerika Serikat, India, dan China.

Pada tahun 1963 selama Perang Dingin, AS membangun stasiun pelacak di pulau utama Mahe untuk memantau satelit Rusia.

Paul Chow, 73 tahun penduduk pulau itu ingat ketika orang-orang Amerika berdinas di kepulauan itu. “Saya waktu itu menjadi kepala grup bola basket, tim Iokal di pulau itu. Kami biasa bermain melawan para teknisi di stasiun pelacakan,” tuturnya.

Waktu itu, pada tahun 90-an, beberapa tahun setelah runtuhnya Uni Soviet, AS menutup kedutaan besarnya dan stasiun pelacakan di pulau itu sebulan kemudian.

Hampir 30 tahun setelah itu, sewaktu persaingan AS dengan China makin memanas, Washington, sekali lagi, mengincar Seychelles.

Adham Loutfi adalah kuasa usaha di Kedutaan Besar AS di sana. “Dibukanya kembali kedutaan, menandai betapa pentingnya AS mengutamakan kemitraan dengan Seychelles.”

Kedutaan Besar China di Mahe menolak permintaan wawancara.

Namun selama puluhan tahun ketidakhadiran Amerika, China memperoleh keuntungan diplomatik di Seychelles.

China mengirim para dokternya dan membangun rumah-rumah sakit, perumahan dengan harga terjangkau, gedung-gedung parlemen dan pengadilan, semuanya dengan gratis.

China juga menghadiahkan gedung baru untuk perusahaan televisi negara itu.

Kembali, Menteri Luar Negeri Seychelles, Radegonde. “Perbedaannya, bantuan China kepada Seychelles sangat nyata. Kita bisa melihatnya. Namun kita tidak melihat dukungan yang diberikan AS kepada kami.”

Loutfi menambahkan, AS memberikan dukungan dengan cara berbeda. “Daripada membangun gedung, kami membangun kemampuan dan di mana pun kami bisa membantu memberi masukan dan keahlian, seperti mengenai perdagangan narkoba, sistem hukum atau kepolisian. Kami dengan senang hati melakukannya, dan di situlah kami benar-benar melakukan investasi. Kami menanam benih untuk masa depan. Sekali lagi, prakarsa ini tidak sama dengan sebuah bangunan, namun kami percaya bahwa ini merupakan sumbangan yang jauh lebih penting.”

Namun itu mungkin belum cukup untuk memikat hati sebagian warga di sana.

Francis Woodcock yang tinggal di ibu kota Seychelles, Victoria mengatakan, “China banyak membantu Seychelles, jadi orang di sini umumnya mempunyai pandangan positif atas China, sedangkan mungkin dengan AS, mereka pulang ke Amerika pada tahun 90-an, jadi kami jarang berhubungan dengan orang Amerika.”

Meskipun sebagian warga khawatir negara mereka digunakan sebagai pion dalam permainan geopolitik, menurut pendapat Presiden Wavel Ramkalawan.

“Seychelles bukan bagian dari persaingan ini. Kami akan menerima kapal perang China di pelabuhan, kapal perang India, Eropa, AS, karena kami berteman dengan semua negara,” kata Ramkalawan.

Dengan dua pertiga pengiriman minyak dunia melewati pulau itu, Samudera Hindia merupakan jalur perairan utama, sehingga membuat Seychelles tetap masuk dalam daftar pesaing geopolitik seperti China dan Amerika, sewaktu keduanya bersaing untuk memperoleh pengaruh di sana. [ps/jm]



Source link

Apa Reaksimu?

Lainnya Dari BuzzFeed