Feed

Harapan Diaspora Indonesia tentang Perekonomian pada Pemerintahan Kedua Trump


Semasa kampanye kepresidenannya, Donald Trump mengeluarkan sejumlah janji di bidang ekonomi. Di antaranya, memberlakukan tarif universal 10% hingga 20% terhadap barang-barang impor dari semua negara dan menaikkan retribusi terhadap barang-barang China hingga 60%. Ia juga akan memangkas pajak bagi individu dan perusahaan. Untuk pajak perusahaan, misalnya, ia berencana memangkasnya dari 21% menjadi 15%. Dalam hal imigrasi, Trump bertekad melakukan deportasi massal terhadap sekitar 11 juta imigran tidak berdokumen di AS.

Trump juga telah membentuk Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE), suatu organisasi yang bertugas mengidentifikasi masalah serta memberikan rekomendasi dan strategi kepada pemerintah. Salah satu rencana yang pernah dikemukakan Elon Musk, orang yang ditunjuk Trump untuk memimpin DOGE, adalah menghapus sepenuhnya kebijakan kerja jarak jauh bagi pegawai federal.

Emil Ranakusuma adalah seorang pengusaha dan pemilik 3 restoran yang berlokasi di DMV, wilayah ibu kota Washington DC dan negara bagian sekitarnya, Maryland dan Virginia. Ia mengaku senang ketika Trump memenangi pemilihan presiden November lalu. Ia merasa sejumlah kebijakan Trump cocok dengannya selaku pebisnis.

Emil Ranakusuma, diaspora Indonesia pemilik restoran (dok. pribadi)

Emil Ranakusuma, diaspora Indonesia pemilik restoran (dok. pribadi)

Pertama, katanya, Trump berjanji tidak akan menaikkan upah minimum dan kebijakan ini akan diserahkan kepada pemerintah negara bagian.

“Kedua, akan ada tax break (keringanan pajak). Banyak orang bilang oh, itu buat wealthy people (orang-orang kaya). Tetapi itu ada dampaknya juga bagi kita sebagai pengusaha,” lanjutnya.

Ia juga menyambut baik rekomendasi DOGE mengenai kewajiban bekerja di kantor setiap hari bagi pegawai federal.

Kata Emil, “Kita ini kebetulan berlokasi di DMV. Jadi kehidupan ekonomi kita benar-benar tergantung dari kehadiran para pegawai untuk bekerja. Trickle down effect-nya tinggi sekali bagi kami pengusaha restoran.”

Sementara Lily, presiden Crane Advisory International yang tak bersedia menyebutkan nama lengkapnya dan berdomisili di Boston, Massachusetts, telah lebih dari 20 tahun menjalankan bisnis ekspor impor komoditi industri.

Proposal kebijakan Trump yang disampaikan semasa kampanye sedikit banyak juga akan berdampak pada bisnisnya. Ia mengambil contoh kendaraan listrik (EV). Untuk mendorong warga Amerika beralih ke EV, Joe Biden memberi subsidi untuk pembelian EV. Trump berencana mencabut subsidi ini.

Ditambah dengan rencana tarif yang akan membuat harga bahan mentah impor semakin mahal, kata Lily, “Nanti akhirnya (biaya) produksi EV bakal naik, sehingga growth-nya turun. EV itu menggunakan komponen dari kami, dari industri kami. Raw material yang untuk digunakan itu akan naik harganya. Apalagi dari China. Trump akan memberikan tarif dari negara-negara, selain Kanada, Meksiko, China itu 20%. 20% saja sudah tinggi karena Biden itu menggunakan tarif cuma 3%.“

Bahkan rencana kebijakan yang disampaikan Trump semasa kampanyenya saja telah berdampak pada ekonomi. Kata Lily, sejak Trump memenangi pilpres November lalu, banyak yang takut mengirim barang ke Amerika.

Ia mengemukakan, “Kalau tidak krusial sekali, mereka tidak mengirimkannya karena takut pada saat di tengah jalan, pada (hari pelantikan) 20 Januari masih di lautan, tiba-tiba kebijakannya berubah lagi. Tarif dinaikkan atau diturunkan, policy-nya berubah. Jadi mereka tidak ingin terperangkap di tengah-tengah perang tarif. Mereka menjadi sangat hati-hati untuk mengirimkan barang langsung ke Amerika.”

Tarif dan Perang Dagang

Menurut Lily, rencana penetapan tarif secara umum pada seluruh barang impor akan berdampak negatif terhadap ekonomi Amerika.

“Kan Amerika juga mengimpor barang mentah dan suku cadang dari China. Ini otomatis berdampak ke konsumen Amerika. Ongkos produksi akan lebih tinggi karena harga bahan mentahnya akan lebih tinggi … berarti harga-harga jadi mahal. Harga-harga mahal membuat jarang yang membeli. Secara umum, susah bagi konsumen Amerika untuk membeli sesuai dengan tingkat dan tren sebelumnya,” jelasnya.

Ini otomatis dapat mengancam pertumbuhan ekonomi Amerika yang selanjutnya dapat memicu inflasi lagi, katanya.

Di pantai Barat Amerika, di kota San Francisco, California, Suliati Boentaran memiliki usaha memelihara/merawat properti. Ketika ditanya mengenai prospek ekonomi Amerika dalam empat tahun ke depan, ia juga sontak menyatakan khawatir terjadi perang dagang terkait rencana kebijakan Trump untuk memberlakukan tarif tinggi terhadap barang-barang impor, terutama dari tiga mitra dagang besar AS, yaitu China, Kanada, dan Meksiko.

Pengurangan Pajak, America First

Sementara menurut Emil pengurangan tarif pajak akan berdampak pada kenaikan daya beli masyarakat yang menguntungkannya sebagai pengusaha di sektor riil, hal serupa tidak akan terlalu berdampak bagi Suliati Boentaran.

Ia menjelaskan, “Ketika personal tax (pajak individu) dinaikkan dan corporate tax (pajak korporasi) diturunkan, out of pocket saya masih sama. Kemudian dibalik lagi. Ketika partai yang satunya berkuasa, corporate tax saya turun, personal tax saya naik. Sama saja kan.”

Suliati mengaku tidak terlalu peduli pada politik Amerika. Namun ia prihatin dengan ekonomi Amerika. Baginya, meskipun harga-harga masih terjangkau, ia merasa Amerika semakin mahal bagi warganya karena biaya tenaga kerja yang meningkat.

Ia menganggap bagus slogan Trump untuk memprioritaskan Amerika (America First) guna membuat ekonomi Amerika lebih kuat, di antaranya dalam menciptakan lapangan kerja bagi warga setempat dan menerapkan tarif tinggi terhadap barang impor. Tetapi Suliati mengaku tidak tahu apakah kebjakan tersebut dapat diterapkan.

Katanya, “Bagaimana ia dapat membuat Amerika hebat kembali tanpa dukungan dunia? Maksud saya, Anda tidak menjadi hebat sendirian. Anda bergantung pada perdagangan asing. (How can he make America great again without the support of the world? I mean, you cannot be great by yourself. You depend on foreign trade) Tapi, Amerika tidak bisa self-supportive. Nggak bisa. They cannot afford it. “

Dari empat negara dengan pasar terbesar di dunia, tiga negara berada di Asia, yaitu China, India, dan Indonesia. Suliati menegaskan bahwa perdagangan antara ketiga negara besar itu dapat bertahan tanpa bantuan Amerika, sedangkan Amerika membutuhkan ketiga negara itu. Tanpa berkompromi dengan tiga negara besar ini, jelasnya, Amerika akan menjadi sangat mahal bagi warga Amerika sendiri.

Trump Pengusaha

Apakah latar belakang Trump sebagai pengusaha memperkuat harapan Amerika akan memiliki ekonomi yang lebih baik? Emil mengatakan, “Oh iya, terus terang, nafasnya sama, sama saya. Jadi semoga saja dia memperhatikan kita. Itu harapannya ya. Kayak harga. Trump itu bisa mengendalikan harga.”

Pendapat Lily bertolak belakang dengan itu. Menurutnya latar belakang Trump sebagai pengusaha tidak akan berpengaruh. Sementara itu, Suliati mengakui bahwa Trump adalah sosok pengusaha yang sangat cakap.

Ia mengatakan, “Sebagai business person saya akui, buktinya ada Trump Tower dan lain-lain. Jadi dia bisa mencapai itu ya baguslah. Tapi beyond that apakah dia bisa mengelola sebuah negara dengan baik itu saya nggak tahu. Kita lihat saja. I‘m not sure.”

Prioritas Kebijakan

Agar perekonomian AS membaik, Emil menginginkan pemerintahan Trump mementingkan penurunan inflasi, disusul dengan membuat mekanisme pengaturan utang nasional AS yang sekarang sangat besar.

Mengenai gertakan Trump seperti mengenai pemberlakuan tarif terhadap berbagai negara, termasuk tarif 25% untuk impor dari negara tetangga, Kanada dan Meksiko, Emil berpendapat, “Sebenarnya Trump ini gertak-gertak lucu-lucuan dengan Kanada, dengan Meksiko. Itu kan sebenarnya taktik dia untuk ayo dong. Kita duduk sama-sama, terus kita bentuk kawasan ekonomi bersama. Jadi gak perlu tergantung lagi sama China. Bayangkan, Kanada, Amerika, Meksiko. Luar biasa sekali potensinya.”

Ia mengakui bahwa setiap negara pasti memikirkan kepentingan nasionalnya. Dengan kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu, Emil mengakui sikap yang diambil Trump akan membuat Amerika menjadi negara proteksionis. “Tapi, who cares? Kita kan harus memikirkan diri sendiri.”

Sementara itu, Lily menganggap perlu untuk meninjau kembali rencana mengenai tarif dan berharap pemerintah AS tidak menerapkannya. Ia menarik pelajaran dari masa lalu, ketika Amerika menerapkan proeksionisme, dengan menerapkan 14 tarif ke beberapa negara. Hal tersebut menyebabkan Depresi Hebat karena ada inflasi besar-besaran.

Katanya, “Mudah-mudahan dipikirkan kembali tentang tarif, dan hal-hal yang bisa lebih ke kerja sama ekonomi. (Slogan Trump) America First (Dahulukan Amerika) memang bagus, tetapi ini sudah bukan lagi 1940-an, 1950-an.”

America First menurutnya kurang tepat untuk dunia saat ini karena ekonomi sudah begitu mengglobal sehingga semua negara saling membutuhkan. Amerika pun demikian, bergantung dari seluruh dunia untuk berbagai macam bahan mentah, lanjutnya.

Harapan

Emil mengatakan ada harapan ekonomi Amerika akan lebih baik di bawah pemerintahan Trump. “Yang pasti kalau kita bisa mengontrol inflasi itu bagus sekali. Sehingga akhirnya kita bisa beli barang bahan pokok untuk makanan ya. Itu bisa lebih murah,” ujarnya.

Kebijakan Trump menerapkan tarif ekstra terhadap produk-produk China, yang membuat khawatir banyak kalangan menimbulkan perang dagang, masih dianggap baik oleh Emil. Ia juga khawatir harga produk China yang sudah begitu menggurita di Amerika menjadi mahal dan akan menyulitkan warga.

Tetapi, lanjutnya, “Kita belum tahu ya. Atau jangan-jangan ini triknya Trump untuk gertak. Harapannya sih China itu akan membuka pabrik di sini. Sehingga akhirnya jadi meningkatkan ekonomi juga kan.”

Sementara itu Suliati mengatakan ia berharap Trump lebih mendengarkan orang lain, lebih bekerja sama dengan ekonomi dunia, lebih bersahabat dengan BRICS, lebih bersahabat dengan China.

“Tidak usah terlalu akrab, tetapi jangan konfrontasional,” kata Suliati.

Ia ingin presiden ke-47 AS itu ingat bahwa Trump tidak dapat bekerja sendirian di dunia. Menurutnya, Amerika akan menjadi lebih baik apabila Trump bersikap lebih kooperatif terhadap semua negara, terutama yang memiliki perekonomian besar, India, China, Indonesia, Eropa sebagai sebuah kesatuan.

Sekarang ini, Lily menyatakan masih ragu mengenai perekonomian Amerika dalam empat tahun mendatang. Alasannya, “Karena omongan Trump itu juga tidak bisa dipegang. Hari ini bilang apa, besoknya bisa berubah sesuai keinginan dia.”

Padahal untuk menerapkan suatu kebijakan, usulannya harus mendapat persetujuan Kongres yang prosesnya memerlukan waktu cukup lama. Kebijakan tarif pada masa jabatannya yang pertama saja baru dapat diimplementasikan setelah melewati proses selama 12 bulan.

Kalau pun kali ini Trump kembali memberlakukan tarif baru, maka masa 12 bulan mendatang akan “aman.” Setelah masa itu, Lily menyatakan agak ragu Trump dapat menghidupkan kembali ekonomi. Tetapi kalau Trump jadi melaksanakan deportasi massal imigran tanpa dokumen dan pasar tenaga kerja berkurang, inflasi pun akan kembali, jelasnya.

Suliati juga tidak ingin menyebut dirinya optimistis atau pesimistis mengenai perekonomian AS untuk masa empat tahun mendatang.

“Lihat saja nanti,” pungkas Suliati. [uh/ab]



Source link

Apa Reaksimu?

Lainnya Dari BuzzFeed