Dua menteri sayap kanan Israel secara terbuka menentang kesepakatan gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas pada Minggu (19/1). Penentangan tersebut merupakan indikasi baru dalam keretakan yang semakin lebar dalam koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, bersama dua menteri dari partai nasionalis-religiusnya, mengundurkan diri dari kabinet Netanyahu sebagai protes terhadap kesepakatan gencatan senjata tersebut, kata partai mereka pada Minggu (19/1).
Partai Otzma Yehudit, meskipun tidak lagi menjadi bagian dalam koalisi pemerintah, menyatakan tidak akan berusaha menggulingkan pemerintahan Netanyahu.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich tidak mengundurkan diri. Namun, ia menekankan jika Israel menyetujui penghentian perang di Gaza sebelum mencapai tujuan utama, yaitu mengenyahkan Hamas, ia dan partainya, Zionisme Religius, akan meninggalkan koalisi.
Smotrich menambahkan bahwa ia telah mengantongi jaminan bahwa Israel tidak akan setuju mengakhiri perang sebelum “semua tujuannya tercapai.”
“Tidak ada cara lain, untuk mencapai tujuan perang sepenuhnya: menghancurkan Hamas dan mengembalikan semua sandera kami,” kata Smotrich di halaman Facebook-nya.
Dalam kesepakatan gencatan senjata multi-fase, 33 sandera Israel yang ditahan di Gaza akan dibebaskan terlebih dahulu, sebelum negosiasi dimulai untuk pembebasan 65 sandera lainnya dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Beberapa keluarga korban khawatir bahwa tahap kedua kesepakatan tidak akan dilaksanakan dan kerabat mereka akan ditelantarkan. Mereka telah menggelar berbagai protes menentang kesepakatan tersebut.
Israel juga akan membebaskan hampir 2.000 tahanan dan tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. [ah/rs]